Halonusantara.id, Samarinda – Sekretaris Komisi IV DPRD Kalimantan Timur menyoroti praktik pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah yang dinilai berpotensi menjadi sarana perundungan (bullying) terhadap siswa. Ia menegaskan pentingnya penyelenggaraan ekstrakurikuler yang sesuai dengan kemampuan siswa dan tidak membebani secara finansial.
“Sudah ada kebijakan di sekolah bahwa tidak boleh ada pengaturan-pengaturan tertentu yang menyulitkan siswa. Kami minta sekolah menyelenggarakan ekstrakurikuler sesuai kemampuan siswa,” ujarnya.
Menurutnya, dana BOSNAS dan BOSDA seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler tanpa menambah beban orang tua siswa. Ia mengingatkan agar sekolah tidak memaksakan diri membuat variasi kegiatan yang berbiaya tinggi, yang justru menciptakan tekanan sosial bagi siswa dari latar belakang ekonomi berbeda.
“Kalau sekolah membuat ekstrakurikuler yang mahal, siswa akan ikut-ikutan karena teman-temannya ikut. Padahal kemampuan ekonomi setiap keluarga berbeda-beda,” lanjutnya.
Ia mencontohkan ekstrakurikuler yang membutuhkan seragam khusus atau perlengkapan tambahan seperti make-up, yang menurutnya bisa menimbulkan beban biaya signifikan. Hal ini, katanya, tidak hanya menciptakan ketimpangan tetapi juga membuka ruang perundungan terhadap siswa yang tidak mampu ikut serta.
“Ekstrakurikuler itu penting dalam mendukung prestasi akademik, tapi sekolah harus menyesuaikan dengan kemampuan pendanaan dan jangan sampai menjadi sumber masalah baru,” ungkapnya
Komisi IV DPRD Kaltim pun mendorong pihak sekolah untuk lebih selektif dalam merancang program ekstrakurikuler dan memastikan tidak ada diskriminasi atau tekanan sosial yang timbul akibat pelaksanaannya. (Eby/Adv)