Halonusantara.id, Tenggarong– Desa Kota Bangun III, Kecamatan Kota Bangun Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur memiliki festival bernuansa jajanan tradisional.
Desa tersebut mempunyai daya tarik tersendiri dengan menyelenggarakan Festival Cenil yang diadakan setiap hari ulang tahun (HUT) Desa Kota Bangun III.
Kepala Desa Kota Bangun III, Lilik Hendrawanto mengungkapkan, festival cenil ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2018 atau ke-enam kalinya.
Setiap tahun kegiatan Festival Cenil di Desa Kota Bangun III selalu berinovasi dan tampil beda dari tahun sebelumnya.
“Tahun ini Festival Cenil dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke-40 Desa Kota Bangun III. Sudah 6 kali digelar sejak 2018,” ujarnya, Sabtu (25/3/2023).
Festival Cenil yang menjadi ikon festival Desa Kota Bangun III ini memiliki makna tersendiri. Cenil merupakan makanan khas yang berasal dari daerah Jawa Tengah.
Cenil identik dengan makanan warna-warni yang biasanya disajikan dengan parutan kelapa, garam, maupun pandan.
Jajanan tradisional ini masih dapat dengan mudah kalian jumpai di pasar-pasar tradisional. Rasa cenil yang manis, kenyal, lengket, dan berwarna-warni, ternyata melambangkan makna filosofis berupa kebersamaan dan persaudaraan.
Persaudaraan yang diharapkan di sini ialah agar hidup masyarakat desa lebih harmonis, indah, dan menyenangkan.
“Semua masyarakat terlibat dalam Festival Cenil. Dan jajan cenil yang kita hadirkan dan pamerkan ini merupakan hasil partisipasi masyarakat desa,” katanya.
Festival dengan tema “UMKM Berbasis Potensi Lokal Solusi Cerdas untuk Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19” ini digelar di Gedung Serbaguna Kantor Desa Kota Bangun III.
Hadir dalam festival tersebut Kepala Desa se-Kecamatan Kota Bangun Darat, perwakilan Camat, tokoh agama, masyarakat dan perwakilan perusahaan setempat.
Festival yang hanya berlangsung sehari ini diramaikan dengan stan setiap RT di Desa Kota Bangun III. Stan itu diisi dengan berbagai hasil olahan cenil.
Selain itu, ada pertunjukan kesenian daerah saat pembukaan dan penutupan festival, yang ditutup saat malam hari dengan pertunjukan kesenian kuda lumping.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kutai Kartanegara, Arianto, mengapresiasi terselenggaranya Festival Cenil tersebut.
Menurutnya, kegiatan ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain untuk melestarikan budaya dan mengembangkan potensi wisata di masing-masing desa.
“Saya mengapresiasi atas terselenggaranya event yang tumbuh dari inisiatif Pemerintah Desa dan masyarakat,” kata Arianto.
Ia mengungkapkan, Desa Kota Bangun III memiliki potensi wisata yang sangat luar biasa dengan kehadiran Danau Kumbara.
Danau Kumbara merupakan daya tarik wisata yang bisa diintegrasikan dalam paket wisata sebagai bagian dari promosi pariwisata Desa Kota Bangun III.
Potensi wisata ini bisa disinergikan dengan Festival Cenil yang juga sejalan dengan program dedikasi Kukar Idaman, yakni Kukar Kaya Festival.
“Jika masyarakat dapat melihat potensi wisata, maka bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat desa. Danau kumbara bisa dikelola dengan baik,” terangnya.
Arianto mengatakan, desa-desa di Kutai Kartanegara diperbolehkan menggunakan anggaran yang bersumber dari desa untuk menggelar program festival kebudayaan.
Melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), atau dana transfer lainnya seperti Alokasi Dana Desa, bagi hasil pajak, dan bantuan keungan desa.
“Silahkan menggunakan APBDes untuk menggelar event, kegiatan, festival seni, festival budaya. Silakan digunakan anggaran,” tandasnya.(HN/Adv/EB)