Halonusantara.id, Samarinda – Penyalahgunaan media sosial yang kian marak, terutama dalam bentuk penyebaran informasi palsu dan serangan terhadap privasi pribadi, mendapat perhatian serius dari Ketua DPRD Kota Samarinda, Helmi Abdullah.
Helmi menyampaikan bahwa platform digital seharusnya menjadi tempat berbagi informasi dan aspirasi secara sehat, bukan menjadi panggung provokasi atau penyebaran kebencian. Menurutnya, batas antara kebebasan berekspresi dan pelanggaran etika kini semakin kabur di era digital.
“Media sosial itu punya kekuatan besar dalam membentuk opini publik. Tapi kalau tidak disertai tanggung jawab, justru akan jadi bumerang yang merusak tatanan sosial,” ujarnya
Politisi Partai Gerindra ini menekankan pentingnya memisahkan kritik yang konstruktif dengan ujaran yang mengandung fitnah atau hoaks. Ia menilai, makin banyak masyarakat yang terjebak dalam arus informasi sesat akibat rendahnya literasi digital.
“Kritik sah-sah saja dalam demokrasi, tapi jangan sampai jadi alat untuk menyebar kebohongan atau menyerang pribadi. Itu berbahaya,” tambahnya.
Selain itu, Helmi juga menyoroti fenomena doxing, yakni praktik membocorkan data pribadi seseorang ke publik, yang kini semakin sering terjadi dan dapat mengancam keamanan individu. Ia menyebut hal ini sebagai bentuk pelanggaran serius terhadap etika dan hak asasi.
Melihat kondisi tersebut, ia mendorong adanya penguatan edukasi digital, khususnya di lingkungan sekolah dan komunitas pemuda. Langkah ini diyakini dapat membekali masyarakat agar lebih cerdas dan bertanggung jawab saat bermedia sosial.
“Anak-anak muda kita harus dibekali kemampuan berpikir kritis dan memilah informasi. Kalau tidak, mereka akan mudah terbawa arus provokasi yang menyesatkan,” ujarnya.
Helmi berharap kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil dapat menciptakan budaya digital yang lebih sehat, dewasa, dan saling menghargai.
“Kalau kita ingin ruang digital menjadi tempat memperkuat demokrasi, maka kesadaran akan etika dan kebenaran harus kita tanamkan sejak dini. Jangan biarkan media sosial jadi ladang konflik yang terus membesar,” tutupnya. (EP/Adv)