Halonusantara.id, Kutai Kartanegara — Anggota Komisi II DPRD Kutai Kartanegara (Kukar), Ria Handayani, menyoroti belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam (SDA) di Kukar, terutama di sektor perkebunan dan energi. Hal tersebut ia sampaikan dalam rapat pembahasan Rancangan Awal RPJMD Kukar 2025–2029 yang digelar di ruang rapat Banmus DPRD Kukar, Senin (4/8/2025).
Menurut Ria, Kukar memiliki lahan sawit yang sangat luas dan potensi SDA yang besar, namun belum memiliki pabrik lanjutan (hilirisasi) untuk produk turunan sawit seperti minyak goreng, solar nabati, atau metanol. Ia membandingkan hal ini dengan Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dan Kota Bontang yang telah lebih dulu mengembangkan pabrik hilir sawit untuk mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD).
“Potensi sawit kita luar biasa, tapi kita belum punya pabrik lanjutan seperti di Bontang dan Kutim. Padahal, itu bisa sangat berkontribusi bagi peningkatan PAD,” ujar Ria.
Lebih lanjut, Ria juga menyinggung proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang pernah direncanakan di Kukar, namun hingga kini tidak jelas kelanjutannya. Menurutnya, jika PLTA tersebut terealisasi, bukan hanya akan menyuplai listrik untuk Kalimantan, tapi juga memberi kontribusi pendapatan bagi daerah.
“Dulu sempat ada kontrak PLTA di wilayah tambang kita. Dalam perjanjiannya, pemerintah daerah mendapat persentase keuntungan. Tapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dibangun di Kukar juga belum menunjukkan kinerja optimal. Padahal, kata dia, perusahaan-perusahaan besar di Kukar sangat bergantung pada energi, terutama dalam pemenuhan kebutuhan operasional termasuk penyediaan makanan bagi ribuan karyawan setiap hari.
“Setiap hari manusia butuh makan, dan setiap perusahaan besar pasti punya konsumsi rutin untuk karyawannya. Jika PLTU bisa berjalan maksimal, itu bisa jadi salah satu sektor penyumbang PAD yang nyata,” jelasnya.
Ria berharap pemerintah daerah ke depan lebih serius dalam mendorong hilirisasi sektor unggulan dan memastikan keberlanjutan proyek-proyek strategis agar tidak hanya menjadi wacana. (Hf/Adv)

