Halonusantara.id, Samarinda – Lonjakan angka perceraian di Kota Samarinda mendapat sorotan serius dari DPRD. Wakil Ketua Komisi IV, Sri Puji Astuti, menilai persoalan ini bukan lagi sebatas ranah pribadi, melainkan cerminan rapuhnya ketahanan keluarga akibat tekanan ekonomi yang kian berat.
Ia menyebut banyak pasangan rumah tangga di Samarinda tidak mampu bertahan karena terhimpit masalah finansial, diperparah oleh fenomena gaya hidup instan seperti judi daring dan pinjaman online. “Di balik kasus perceraian, selalu ada faktor ekonomi yang paling berat. Kebiasaan mencari jalan pintas justru memperparah keadaan,” ungkapnya di Kantor DPRD Samarinda, Senin (25/8/2025).
Sri Puji menambahkan, tingginya angka pengangguran, termasuk lulusan perguruan tinggi yang sulit terserap lapangan kerja, turut memberi tekanan psikologis dalam rumah tangga. “Kalau lulusan sarjana saja sulit mendapatkan pekerjaan, bagaimana dengan mereka yang hanya lulusan sekolah menengah? Kondisi ini sangat memengaruhi keharmonisan rumah tangga,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah perlu lebih agresif menciptakan lapangan kerja serta memperkuat pelatihan keterampilan masyarakat. Program pemberdayaan seperti vokasi dan pengembangan UMKM dinilai sebagai kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarga.
Ia juga menyoroti pentingnya edukasi ketahanan keluarga, termasuk pencegahan pernikahan usia anak dan kehamilan di luar nikah. “Keluarga yang kuat lahir dari persiapan yang matang. Ekonomi yang stabil akan membantu pasangan lebih tahan menghadapi masalah,” tegasnya.
Sri Puji menekankan bahwa peningkatan kasus perceraian harus dibaca sebagai alarm bersama. Ia berharap adanya langkah kolektif agar masyarakat tidak terjebak pola konsumtif dan jalan pintas yang berisiko. “Kalau kita bisa memperkuat ekonomi rakyat, otomatis pondasi keluarga juga akan lebih kokoh. Perceraian bukan hanya soal rumah tangga, ini soal masa depan anak-anak Samarinda,” pungkasnya. (Eby/Adv)

